Salah satu ciri ahlus sunnah
adalah kecintaan mereka terhadap para imam sunnah dan ulamanya, para penolong dan
para walinya. Dan mereka membenci tokoh-tokoh ahli bid'ah yang mereka itu
mengajak kepada jalan menuju neraka dan menggiring pengikutnya menuju
kehancuran.
Allah telah menghiasi dan
menyinari ahlus sunnah dengan kecintaan mereka kepada ulama-ulama ahlus sunnah,
sebagai karunia dan keutamaan dari Allah ta'ala.
Ahlus sunnah juga sepakat untuk
merendahkan ahli bid'ah, menghinakan mereka, menjauhi dan memboikot mereka serta
menghindari untuk bersahabat dengan mereka.
Janganlah kamu tertipu oleh
banyaknya ahli bid'ah, karena banyaknya jumlah ahli bid'ah dan sedikitnya ahlus
sunnah merupakan tanda dekatnya hari kiamat, sebagaiman sabda Nabi:
"Sesungguhnya
termasuk diantara tanda-tanda dekatnya hari kiamat yaitu sedikitnya ilmu dan
menyebarluasnya kebodohan (dalam agama)". HR. Bukhori – Muslim
Ilmu itu sendiri merupakan sunnah
dan kebodohan itu sendiri merupakan bid'ah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
"Iman itu akan mendekam di
Madinah seperti ular yang mendekam dalam lubangnya.” HR. Bukhori – Muslim
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
"Tidaklah datang hari
kiamat, sampai tidak terdengar lagi di muka bumi ini orang yang menyebut nama
Allah, Allah, Allah.” Dalam riwayat lain disebutkan ”lailaha illallah.” HR.
Bukhori – Muslim
Siapa yang pada hari ini
berpegang teguh dengan sunnah Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam,
melaksanakannya, istiqamah diatasnya serta mendakwahkannya, ia akan mendapatkan
pahala yang lebih banyak dibandingkan dengan yang mengamalkan diawal munculnya
Islam,
sebagaimana sabda Nabi :
"Sesungguhnya dibelakang hari nanti akan datang hari-hari yang penuh
kesabaran. Orang yang berpegang teguh dengan apa yang kalian pegang teguh akan
mendapat 50 kali pahala yang kalian peroleh". Beliau ditanya (oleh
sahabat) : "Mungkin 50 kali pahala diantara mereka". Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Bahkan 50 kali pahala
kalian". (HR. Ibnu Nashor dalam As sunnah dengan sanad shohih)
Rasulullah shallallahu'alaihi wa
sallam mengatakan demikian bagi orang yang mengamalkan sunnah dimana pada
masanya umat sudah rusak.
Ibnu Syihab Az-Zuhri mengatakan:
"Mengajarkan sunnah itu lebih utama daripada ibadah selama 200
tahun".
Suatu ketika Abu Muawiyah yang
buta berbicara dengan Harun Ar-Rasyid, maka ia menyampaikan hadits: "Suatu
saat Nabi Adam dan Musa 'alaihima sallam berdebat tiba-tiba Ali bin Ja'far menyela:
"Bagaimana mungkin itu bisa terjadi, masa kehidupan Nabi Adam dan Nabi
Musa kan berbeda masa yang lama". Lalu khalifah Harun Ar-Rasyid menghardiknya:
"Dia menceritakan kepadamu hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, lalu kamu membantah dengan bagaimana mungkin?" Beliau terus mengulang-ulangi,
sampai Ali bin Ja'far terdiam".
Abu Utsman berkata: "Demikianlah
seharusnya seseorang dalam mengagungkan hadits-hadits Nabi, menerimanya dengan
sepenuh penerimaan, kepasrahan dan mengimaninya. Membantah orang yang menempuh
jalan selain ini, sebagaimana yang dilakukan oleh Harun Ar- Rasyid -rahimahullah-
terhadap orang yang berani membantah hadits dengan mengatakan: "Bagaimana mungkin?" yang tujuannya
adalah membantah dan mengingkarinya. Padahal seharusnya ia menerima semua yang
diberitakan oleh Nabi.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk
diantara mereka yang ketika mendengar hadits kemudian mengikutinya.
Berpegang teguh sepanjang hidup
dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, serta menghindari
hawa nafsu yang menyesatkan, pendapat pendapat yang sesat dan berbagai
kejahatan yang menghinakan dengan karunia dan keutamaan dari Allah
ta'ala.
Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarganya serta para sahabat ridhwanullahu
'Alaihi ajma'in.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar