Selasa, 10 September 2013

AQIDAH IMAM EMPAT



AQIDAH IMAM ABU HANIFAH

A. Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Masalah Tauhid.
Pertama:
Aqidah beliau tentang tauhid (pengesaan Allah) dan tentang tawassul syar'i serta kebatilan tawassul bid'i.

1. Imam Abu Hanifah berkata: "Tidak pantas bagi seseorang untuk berdo'a kepada Allah kecuali dengan asma' Allah. Adapun do'a yang diizinkan dan diperintahkan adalah keterangan yang terambil dari firman Allah:


وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(QS: Al-A'raf Ayat: 180).

(ad Durr al Mukhtar ma'a Hasyiyat Radd al Mukhtar, VI/396-397




2. Imam Abu Hanifah berkata: “Makruh hukumnya seseorang berdo’a dengan mengatakan: saya mohon kepadamu berdasar hak si fulan, atau berdasarkan hak para Nabi-Mu, atau berdasarkan hak para Nabi-Mu, atau berdasarkan hal al Bait al Haram dan al Masy’ar al Haram”
 
(Syarh al-Aqidah ath-Thawiyah, hal.234, Ithaf as-Sadah al-Muttaqin, II/285, Syarah al-Fiqh al-Akbar, hal.108)


3. Imam Abu Hanifah berkata: “Tidak pantas seseorang berdo’a kepada Allah kecuali dengan menyebut asma’ Allah. Dan saya tidak suka bila ada orang berdo’a seraya menyebutkan ‘dengan sifat-sifat kemuliaan pada ‘arsy-Mu’, atau dengan menyebutkan ‘dengan hak makhluq-Mu’.
 
(at-Tawassul wa al-Wasilah hal, 82. Lihat juga Syarh al-Fiqh al-Akbar, hal.198)
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar