A. Pendapat Imam Abu Hanifah tentang
Masalah Tauhid.
Kedua:
Aqidah beliau tentang penetapan sifat-sifat Allah
dan bantahan terhadap golongan Jahmiyah.
1. Imam
Abu Hanifah berkata: "Allah tidak
disifati dengan sifat-sifat makhluk. Murka dan ridha Allah adalah dua dari
sifat-sifat Allah yang tidak dapat diketahui keadaannya. Ini adalah pendapat
Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Allah murka dan ridha.
Namun tidak dapat dikatakan,
bahwa murka Allah itu adalah siksa-Nya dan ridha Allah itu pahala-Nya.
Kita
menyifati Allah sebagaimana Allah menyifati diri-Nya sendiri. Allah adalah Esa,
Dzat yang pada-Nya para hamba memohon, tidak melahirkan dan tidak dilahirkan,
dan tidak ada satupun yang menyamai-Nya. Allah juga hidup, berkuasa, melihat,
dan mengetahui.” Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka yang menyatakan
janji setia kepada Rasul. Tangan Allah tidak seperti tangan makhluk-Nya. Wajah Allah
tidak seperti wajah-wajah makhluknya.”
(al-Fiqh al-Absath, hal.56)
2. Imam
Abu Hanifah berkata: “Allah juga memiliki
tangan, wajah, dan diri seperti disebutkan sendiri oleh Allah dalam Al Qur’an. Maka
apa yang disebutkan oleh Allah tentang wajah, tangan, dan diri menunjukkan
bahwa Allah mempunyai sifat yang tidak boleh direka-reka bentuknya. Dan juga
tidak boleh disebutkan bahwa tangan Allah itu artinya kekuasaan-Nya atau
nikmat-Nya, karena hal itu berarti meniadakan sifat-sifat Allah, sebagaimana
pendapat yang dipegang oleh ahli qadar dan golongan Mu’tazilah.”
(al-Fiqh al-Absath, hal.302)
3. Imam
Abu Hanifah juga berkata: “Tidaklah
pantas bagi seseorang untuk berbicara tentang Dzat Allah. Tetapi hendaknya ia
menyifati Allah dengan sifat-sifat yang disebutkan oleh Allah sendiri. Ia tidak
boleh berbicara tentang Allah dengan pendapatnya sendiri. Maha Suci Allah
Rabbul ‘Alamin.
(Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyah,
II/427, Editor Dr. At Turki, Jala ‘al-‘Ainain, hal.368)
4. Ketika ditanya tentang turunnya Allah, Imam Abu Hanifah menjawab, "Allah itu turun tanpa cara-cara seperti halnya turunnya makhluk."
(Aqidah as-Salaf Ashhab al Hadits, hal.42, Dar as-Salafiyah. Al Baihaqi, al Asma' wa ash shifat, hal.456, Syarh al Aqidah ath Thahawiyah, hal.245. Takhrij al-Albani. al-Qari, Syarh al Fiqh al Akbar, hal.60)
4. Ketika ditanya tentang turunnya Allah, Imam Abu Hanifah menjawab, "Allah itu turun tanpa cara-cara seperti halnya turunnya makhluk."
(Aqidah as-Salaf Ashhab al Hadits, hal.42, Dar as-Salafiyah. Al Baihaqi, al Asma' wa ash shifat, hal.456, Syarh al Aqidah ath Thahawiyah, hal.245. Takhrij al-Albani. al-Qari, Syarh al Fiqh al Akbar, hal.60)
5. Beliau juga berkata: "Dalam berdo'a kepada Allah, kita memanjatkan do'a keatas, bukan kebawah, karena bawah tidak mengandung sifat Rububiyyah dan Uluhiyah sedikit pun."
(al Fiqh al Absath, hal.51)
(al Fiqh al Absath, hal.51)
6. Beliau juga berkata: "Allah itu murka dan ridha. Namun tidak dapat disebutkan bawa murka Allah itu siksa-Nya dan Ridha Allah itu pahala-Nya."
(Ibid, hal.56)
(Ibid, hal.56)
7. Beliau juga berkata: "Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, dan makhluk-Nya juga tidak serupa dengan Allah. Allah itu tetap akan selalu memiliki nama-nama dan sifat-sifat-Nya"
(al Fiqh al Akbar, hal.301)
(al Fiqh al Akbar, hal.301)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar