(Sejarah Singkat Putra Putri Rosulullah Bag VI)
(Wafat 9 H)
Ummu Kultsum adalah adik Ruqayyah , putri
Rasulullah . Ia telah menikah dengan Utaibah bin Abu Lahab, saudara
Utbah yang telah menikahi Ruqayyah, sebelurn mereka mengenal Islam. Lalu
ketika Rasulullah . telah diangkat menjadi Nabi, ia dan
saudara-saudaranya memeluk Islam dengan lapang dada. Dan dakwah Nabi.
Yang selalu ditentang oleh Abu lahab
beserta keluarganya ini, menyebabkan Allah telah mewahyukan kepada Nabi .
firman-Nya yang berbunyi, Maka celakalah kedua tangan Abu
lahab’(Al-lahab: 1) ‘ Setelah tutun ayat ini, Abu lahab berkata kepads
Utaibah anaknya, “Kepalaku tidak halal bagi kepalamu selama kamu tidak
menceraikan putri Nabi. Maka dia pun menceraikan istrinya, Ummu Kultsum
begitu saja. Utaibah mendatangi Nabi . dan mengatakan kata-kata yang
menyakitkan hati Rasulullah . Atas periakuan itu, maka Rasulullah .
telah berdoa kepada Allah, agar mengirimkan anjing-anjing-Nya untuk
membinasakan Utaibah. Dan apa yang telah didoakan oleh Nabi . terhadap
Utaibah itu benar-benar teriadi.
Dalam suatu perjalanan, seekor singa yang
ganas teiah memilih Utaibah di antara teman-temannya untuk diterkam
kepalanya. Utaibah mati dalam keadaan yang sangat mengerikan. Setelah
bercerai, maka Ummu Kultsum kembali tinggal bersama Rasulullah . di
Mekkah. Dia ikut hijrah ke Madinah ketika Rasulullah . berhijrah,
kemudian tinggal di sana bersama keluarga Rasulullah . Ruqayyah dan Ummu
Kultsum adalah dua orang saudara yang perjalanan hidup mereka hampir
sama.
Mereka berdua teriahir dari bapak yang
sama, ibu yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya
mempunyai arti yang sama; Utbah dan Utaibah, mempunyai mertua yang sama,
masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan
setelah perceraian itu, mereka mempunyai suami yang sama pula.
Ketika Ruqayyah meninggal dunia, maka
Utsman bin Affan. menikahi Ummu Kultsum yang masih perawan yang belum
terjamah oleb Utaibah. Pada waktu itu adalah bulan Rabi’ul-Awwal, tahun
ke-3 Hijriyah. Dan keduanya baru berkumpul pada bulan Jumadits-Tsani.
Mereka hidup bersama sampai Ummu Kultsum meninggal dunia tanpa
mendapatkan seorang anak pun. Ummu Kultsum meninggal dunia pada bulan
Sya’ban tahun ke-9 Hijriyah. Rasulullah . berkata, ‘Seandainya aku
mempunyai sepuluh orang putri, maka aku akan tetap menikahkan mereka
dengan Utsman.’ Ummu Kultsum adaiah seorang wanita yang cantik. la
senang memakai jubah sutra yang bergaris. Pada hari wafatnya, jenazahnya
telah dimandikan oleh Asma’ binti Umais dan Shafiah binti Abdul
Muthalib. jenazahnya ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat
dari batang polgon palem yang baru dipotong. Dan pada saat
penguburannya, Rasulullah . duduk di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan
berlinangan air mata. Beliau berkata, siapa di antara kalian yang tidak
bercampur dengan istrinya tadi malam?’ Abu Thalhah ra. berkata, ‘Aku, ya
Rasulullah ‘ lalu Beliau menyuruhnya, “Turunlah kamu.” Maka Abu Thalhah
turun dan menguburkan Ummu Kultsum.
Ruqoyyah dan Ummu Kultsum
Lahir dua orang putri dari rahim ibunya,
Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza radhiallahu ‘anha.
Menyandang nama Ruqayyah dan Ummu Kultsum radhiallahu ‘anhuma, di bawah
ketenangan naungan seorang ayah yang mulia, Muhammad bin ‘Abdillah bin
‘Abdil Muththalib Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebelum datang masa sang ayah diangkat
sebagai nabi Allah, Ruqayyah disunting oleh seorang pemuda bernama
‘Utbah, putra Abu Lahab bin ‘Abdul Muththalib, sementara Ummu Kultsum
menikah dengan saudara ‘Utbah, ‘Utaibah bin Abi Lahab. Namun, pernikahan
itu tak berjalan lama. Berawal dengan diangkatnya Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai nabi, menyusul kemudian turun Surat Al-Lahab
yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab, maka Abu Lahab dan istrinya,
Ummu Jamil, menjadi berang. Dia berkata kepada dua putranya, ‘Utbah dan
‘Utaibah yang menyunting putri-putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan kedua putri
Muhammad!”
Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam
keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya.
Bahkan dengan itulah Allah selamatkan mereka berdua dari
musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun berislam bersama ibunda
dan saudari-saudarinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan
ganti yang jauh lebih baik. Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha
disunting oleh seorang sahabat mulia, ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu
‘anhu.
Sebagaimana kaum muslimin yang lain,
mereka berdua menghadapi gelombang ujian yang sedemikian dahsyat melalui
tangan kaum musyrikin Mekkah dalam menggenggam keimanan. Hingga
akhirnya, pada tahun kelima setelah nubuwah, Allah Subhanahu wa Ta’ala
bukakan jalan untuk hijrah ke bumi Habasyah, menuju perlindungan seorang
raja yang tidak pernah menzalimi siapa pun yang ada bersamanya. ‘Utsman
bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu membawa istrinya di atas keledai,
meninggalkan Mekkah, bersama sepuluh orang sahabat yang lainnya,
berjalan kaki menuju pantai. Di sana mereka menyewa sebuah perahu
seharga setengah dinar.
Di bumi Habasyah, Ruqayyah radhiallahu
‘anha melahirkan seorang putra yang bernama ‘Abdullah. Akan tetapi,
putra ‘Utsman ini tidak berusia panjang. Suatu ketika, ada seekor ayam
jantan yang mematuk matanya hingga membengkak wajahnya. Dengan sebab
musibah ini, ‘Abdullah meninggal dalam usia enam tahun.
Perjalanan mereka belum berakhir. Saat
kaum muslimin meninggalkan negeri Makkah untuk hijrah ke Madinah, mereka
berdua pun turut berhijrah ke negeri itu. Begitu pun Ummu Kultsum
radhiallahu ‘anha, berhijrah bersama keluarga Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Selang berapa lama mereka tinggal di
Madinah, bergema seruan perang Badr. Para sahabat bersiap untuk
menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah bintu
Rasulullah radhiallahu ‘anha diserang sakit. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam pun memerintahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu
untuk tetap tinggal menemani istrinya.
Ternyata itulah pertemuan mereka yang
terakhir. Di antara malam-malam peristiwa Badr, Ruqayyah bintu
Rasulullah radhiallahu ‘anha kembali ke hadapan Rabbnya karena sakit
yang dideritanya. ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu sendiri yang
turun untuk meletakkan jasad istrinya di dalam kuburnya.
Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah
radhiallahu ‘anha, terdengar kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin
melibas kaum musyrikin yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah
radhiallahu ‘anhu. Kedukaan itu berlangsung bersama datangnya
kemenangan, saat Ruqayyah bintu Muhammad radhiallahu ‘anha pergi untuk
selama-lamanya pada tahun kedua setelah hijrah.
Sepeninggal Ruqayyah radhiallahu ‘anha,
‘Umar bin Al Khaththab radhiallahu ‘anhu menawarkan kepada ‘Utsman bin
‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk menikah dengan putrinya, Hafshah bintu
‘Umar radhiallahu ‘anhuma yang kehilangan suaminya di medan Badr. Namun
saat itu ‘Utsman dengan halus menolak. Datanglah ‘Umar bin Al-Khaththab
radhiallahu ‘anhu ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengadukan kekecewaannya.
Ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala
memilihkan yang lebih baik dari itu semua. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam meminang Hafshah radhiallahu ‘anha untuk dirinya, dan
menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu dengan putrinya, Ummu
Kultsum radhiallahu ‘anha. Tercatat peristiwa ini pada bulan Rabi’ul
Awwal tahun ketiga setelah hijrah.
Enam tahun berlalu. Ikatan kasih itu
harus kembali terurai. Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha kembali ke hadapan
Rabbnya pada tahun kesembilan setelah hijrah, tanpa meninggalkan
seorang putra pun bagi suaminya. Jasadnya dimandikan oleh Asma’ bintu
‘Umais dan Shafiyah bintu ‘Abdil Muththalib radhiallahu ‘anhuma.
Tampak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menshalati jenazah putrinya. Setelah itu, beliau duduk di sisi
kubur putrinya. Sembari kedua mata beliau berlinang air mata, beliau
bertanya, “Adakah seseorang yang tidak mendatangi istrinya semalam?” Abu
Thalhah menjawab, “Saya.” Kata beliau, “Turunlah!”
Jasad Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha
dibawa turun dalam tanah pekuburannya oleh ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl
bin Al-‘Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari radhiallahu
‘anhu. Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dua putri Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai keduanya…. Wallahu ta’ala
a’lamu bish-shawab.
Sumber :
- Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (4/1701-1704,1853-1854)
- Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d (8/30-35)
- Mukhtashar Sirah Ar-Rasul, karya Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (hal. 110-117)
- Shahih As-Sirah An-Nabawiyah, karya Ibrahim Al-‘Ali (hal. 192)
- Siyar A’lamin Nubala, karya Al-Imam
Adz-Dzahabi (2/246-250), Penulis: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Anisah
bintu ‘Imran, dinukil dari asysyariah.com, kategori cerminan shalihah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar