Salah satu sunnatullah (ketentuan-ketentuan Allah Subhanallahu wa Ta’ala) pada para hamba-Nya adalah
Allah menguji mereka dengan berbagai macam musibah. Dan musibah ini
bentuknya bisa bermacam-macam. Terkadang ia menimpa tubuh kita,
terkadang menimpa harta yang kita miliki, dan terkadang menimpa anak
keturunan kita.
Adapun jika timbul pertanyaan:
“Mengapa seorang muslim diuji dengan berbagai musibah secara umum, dan dengan penyakit secara khusus?” Maka jawabannya adalah bahwa terjadinya penyakit itu memiliki beberapa sebab, di antaranya:
1. Seorang hamba melalaikan atau meremehkan sebagian perintah Allah. Sehingga penyakit tersebut merupakan hukuman dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman:
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong
dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan
itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya
selain dari Allah.” (An-Nisa’: 123)
Dan Allah Subhanallahu wa Ta’ala juga berfirman:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syuura: 30)
Salah seorang yang shalih dahulu berkata: “Tidaklah aku melakukan
suatu perbuatan dosa, kecuali aku lihat hukumannya menimpa tubuhku,
keluargaku, atau hartaku.”
2. Penyakit tersebut merupakan penghapus sekian banyak dosa yang dilakukan oleh seorang hamba, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam:
“Tidaklah seorang muslim ditimpa oleh satupun kelelahan, tidak pula
penyakit, tidak pula kegundahan, tidak pula kesedihan, tidak pula
gangguan, tidak pula kekhawatiran, bahkan sampai duri yang menusuknya,
kecuali Allah akan mengampuni dosa-dosanya karenanya.” (HR. Bukhari
5641, Muslim 6513)
Dan ini adalah sebab kedua timbulnya penyakit.
3. Terkadang suatu penyakit merupakan sebab diangkatnya derajat orang yang sakit di akhirat kelak, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam:
“Sesungguhnya ada seseorang yang mempunyai suatu derajat (yang
tinggi) di sisi Allah namun ia tidak bisa mencapainya dengan amalannya,
maka Allah akan terus-menerus mengujinya dengan perkara-perkara yang
menyusahkannya sampai Dia menyampaikan orang itu kepada derajat (yang
tinggi) tersebut.” (Dikeluarkan oleh Abu Ya’laa 6095, dan Al-Haakim
344/1 dan hadits ter sebut dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Begitu juga sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam:
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan menimpakan ujian musibah padanya.” (Dikeluarkan oleh Bukhari 5645)
Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam:
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka dengan berbagai macam bala’.”
4. Terkadang penyakit itu menjadi sebab untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak disenangi, sebagaimana firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (Al-Baqarah: 216)
Maka wahai saudaraku, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala senantiasa
memberimu kesehatan dan selalu melindungimu, ini adalah empat sebab
timbulnya penyakit. Terkadang sebab-sebab tersebut terkumpul dalam satu
waktu, dan terkadang pula terpisah pada kesempatan yang lain. Maka
tanyakanlah kepada hatimu -syafaakallaah-: “Termasuk golongan yang
manakah kamu dari keempat kemungkinan sebab di atas?”
Jika engkau termasuk orang yang selalu menjaga dan melaksanakan setiap perintah Allah Subhanallahu wa Ta’ala,
maka optimislah bahwa penyakitmu itu adalah sebab diangkatnya derajatmu
di sisi Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Atau bahwa penyakitmu itu sebagai
penghapus dosa-dosa yang telah engkau lakukan di waktu yang telah lalu.
Jika engkau terkadang lalai mengerjakan suatu kewajiban yang telah Allah Subhanallahu wa Ta’ala tetapkan,
maka segeralah memohon ampun kepada-Nya dari dosa-dosa yang telah
engkau perbuat. Kemudian bergegaslah untuk memperbarui taubatmu kepada
Allah Subhanallahu wa Ta’ala.
Maka, wahai saudaraku, segera hentikanlah perbuatan dosa yang engkau
lakukan -semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala menyembuhkan penyakitmu-
dan bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha, maka akan engkau
lihat suatu karunia Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang dapat
menghilangkan kegundahanmu, dan melapangkan dadamu.
Wallahu a’lam bish-shawab.
_______________
[Faedah ini diambil dari artikel "Laa Ba'sa... Thohurun Insya Allah!"
karya Asy-Syaikh Abdul Aziz As-Sadhan dalam majalah Jurnal Asy Syifa',
edisi 01/1432/2011, hal. 21-24 secara ringkas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar